TURUT MEMBANGUN INDONESIA, MENJAGA NEGERI

Hikmah Di Balik Pandangan Binatang

Oleh: Dwi Taufan Hidayat

DALAM kehidupan alam, tak ada satu pun ciptaan Allah ﷻ yang hadir tanpa maksud. Bahkan garis pupil mata binatang pun memiliki desain yang sarat makna dan tujuan. Allah menciptakan hewan pemakan rumput dan pemangsa daging dengan bentuk mata yang berbeda, sebagai bukti kasih sayang-Nya terhadap makhluk dan keagungan dalam penciptaan.

Pernahkah kita memperhatikan bahwa mata kambing, sapi, atau kuda memiliki garis pupil horizontal? Dan mengapa harimau, kucing, atau singa memiliki pupil mata vertikal? Jika direnungkan lebih dalam, ini bukanlah kebetulan biologis semata, melainkan rekayasa Ilahiyah yang menunjukkan bahwa setiap makhluk hidup tidak diciptakan sia-sia, melainkan telah ditetapkan dengan ukuran, fungsi, dan hikmah yang sempurna.

Allah ﷻ berfirman:

اِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنٰهُ بِقَدَرٍ
“Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu sesuai ukuran.” (QS. Al-Qamar: 49)

Ayat ini menjadi pondasi keyakinan bagi seorang mukmin bahwa setiap unsur penciptaan berada dalam kontrol dan ketentuan Allah ﷻ yang Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk setiap makhluk-Nya.

Mari kita perhatikan secara ilmiah dan spiritual mengapa garis pupil mata pada hewan herbivora (pemakan rumput) cenderung horizontal, sementara pada hewan karnivora (pemangsa daging) justru vertikal.

Garis Mata Horizontal: Melindungi dan Menyelamatkan

Binatang seperti kambing, rusa, kuda, atau domba merupakan hewan yang berada di dasar rantai makanan. Mereka bukan pemburu, melainkan yang diburu. Untuk bertahan hidup, mereka harus waspada terhadap setiap kemungkinan bahaya yang datang. Di sinilah rahasia garis pupil mata mereka yang horizontal.

Garis horizontal memberikan pandangan yang lebih luas ke arah samping, hampir mencapai 270 derajat. Hal ini memungkinkan hewan pemakan rumput melihat hamparan padang rumput tanpa harus banyak menggerakkan kepala. Mereka dapat memperhatikan sekeliling tanpa kehilangan fokus terhadap makanan yang sedang dikunyah dan juga segera mengetahui dari arah mana bahaya datang.

Keleluasaan ini menjadi bentuk kasih sayang Allah ﷻ terhadap makhluk yang rentan. Bahkan ketika mereka menunduk untuk makan rumput, bentuk mata mereka tetap beradaptasi agar horizon pandangan tetap terjaga.

Ini sejalan dengan sabda Rasulullah ﷺ yang menjelaskan bahwa setiap ciptaan Allah memiliki takaran yang tepat:

كُلُّ شَيْءٍ خَلَقَهُ اللَّهُ بِقَدَرٍ
“Segala sesuatu yang Allah ciptakan telah ditentukan ukurannya.” (HR. Muslim no. 2653)

Garis Mata Vertikal: Fokus dan Ketajaman

Sementara itu, binatang pemangsa seperti kucing, singa, serigala, atau harimau justru memiliki garis pupil vertikal. Ini bukan sekadar estetika anatomi, tapi fungsi yang sangat penting bagi kelangsungan hidup mereka sebagai predator.

Pupil vertikal memungkinkan mereka memfokuskan pandangan ke depan, membantu mengukur jarak dan kecepatan mangsa, terutama saat menyerang. Kemampuan mengatur cahaya dengan cepat dan mempertajam kontras menjadikan mata vertikal sangat efektif untuk melihat dalam cahaya terang maupun redup.

Dengan garis mata seperti ini, hewan predator dapat menargetkan mangsa dengan lebih presisi. Bahkan ketika mereka bergerak dalam diam atau mengendap, mata mereka tetap fokus pada satu objek tanpa terganggu oleh gerakan lain di sekitarnya.

Sungguh, ciptaan Allah ﷻ sangat teliti dan sempurna. Seperti dijelaskan oleh Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya terhadap ayat QS. Al-Qamar: 49, bahwa segala sesuatu yang Allah ciptakan memiliki ukuran, jumlah, waktu, tempat, dan bentuk yang sesuai dengan hikmah-Nya yang agung. Tidak ada satu pun ciptaan-Nya yang keluar dari kehendak dan takdir-Nya yang telah ditentukan sejak azali.

Ciptaan Penuh Hikmah

Keistimewaan ini bukan hanya pelajaran ilmiah, tapi juga renungan spiritual. Betapa Allah ﷻ telah memelihara setiap makhluk-Nya, bahkan sebelum mereka lahir ke dunia. Dalam sistem penciptaan-Nya, tidak ada yang terlambat, tidak ada yang lebih atau kurang. Semua bekerja dalam harmoni.

Allah ﷻ menegaskan:

الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ
“Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan.” (QS. As-Sajdah: 7)

Perbedaan garis mata ini bisa menjadi pengingat bagi kita: bahwa setiap makhluk memiliki peran, fungsi, dan batasan. Tidak semua makhluk harus menjadi pemangsa, dan tidak semua harus menjadi yang diburu. Demikian pula dalam kehidupan manusia. Setiap kita memiliki posisi dan tanggung jawab masing-masing yang tak perlu kita bandingkan.

Manusia: Makhluk Yang Harus Merenung

Jika binatang yang tidak memiliki akal saja diberi perangkat hidup yang sedemikian canggih, bagaimana dengan manusia? Bukankah kita diberi kelebihan berupa akal, hati, dan wahyu? Maka tidak pantas jika manusia hidup tanpa arah, tanpa merenung, dan tanpa mengambil pelajaran dari sekitarnya.

Allah ﷻ berfirman:

أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ
“Maka tidakkah mereka memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan?” (QS. Al-Ghasyiyah: 17)

Ayat ini bukan hanya seruan untuk melihat unta, tapi ajakan untuk memperhatikan ciptaan Allah secara umum. Termasuk pola garis mata hewan, cara makan burung, arah angin, hingga cara hujan turun. Semuanya adalah ayat-ayat (tanda) kebesaran Allah yang terbentang di alam.

Dari garis mata hewan yang sederhana, terbentang pelajaran besar tentang keadilan dan kebijaksanaan Sang Pencipta. Hewan pemakan rumput diberi pandangan luas untuk menyelamatkan diri. Hewan pemangsa diberi mata fokus untuk berburu dengan efisien. Dan manusia makhluk paling sempurna diberi akal agar mampu memahami, mensyukuri, dan tunduk kepada-Nya.

Semua ini mengajarkan kita bahwa Allah tidak sekadar mencipta, tapi mencipta dengan ilmu, dengan takaran, dan dengan kasih sayang. Maka jangan biarkan hidup kita berlalu tanpa mengenal-Nya, tanpa merenungi ciptaan-Nya, dan tanpa taat kepada aturan-Nya.

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman: 13)

Semoga setiap mata yang memandang ciptaan-Nya menjadi mata yang merenung, hati yang bersyukur, dan jiwa yang semakin bertakwa.