Oleh: Dwi Taufan Hidayat
MANUSIA sering kali merasa hancur ketika dicampakkan sebelum ia sempat membuktikan apa-apa. Namun dalam kaca mata iman, keterpurukan bukanlah akhir, melainkan awal mula untuk berbenah, bertumbuh, dan kembali kuat dengan izin Allah. Dari keremukan, kita bisa bangkit menjadi hamba yang paling tangguh dan paling dicintai oleh Allah.
Jika hari ini engkau merasa direndahkan, diremehkan, bahkan dibuang dalam keadaan belum menjadi siapa-siapa, maka yakinlah bahwa itu bukanlah akhir dari segalanya. Justru di titik paling rendah itulah seseorang bisa menemui cahaya paling terang jika ia mau mencarinya di bawah bimbingan Allah ﷻ. Setiap rasa sakit, setiap air mata, dan setiap pengkhianatan bukanlah untuk menghancurkanmu, melainkan untuk mengembalikanmu kepada-Nya.
Allah ﷻ berfirman:
وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًۭٔا وَهُوَ خَيْرٌۭ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًۭٔا وَهُوَ شَرٌّۭ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)
Betapa banyak manusia yang merasa hancur karena ditinggalkan saat sedang berjuang, karena dihina saat belum berdaya, namun kemudian Allah bangkitkan mereka dari dasar kehinaan menjadi pribadi tangguh yang cemerlang. Hanya satu syaratnya: jangan menyerah. Jangan hancurkan dirimu sendiri hanya karena manusia menganggapmu tak layak.
Rasulullah ﷺ pun pernah mengalami derita yang dalam. Ketika beliau berdakwah di Thaif, bukan sambutan hangat yang didapat, melainkan lemparan batu hingga darah mengalir dari kaki suci beliau. Namun apakah beliau menyerah? Tidak. Justru beliau memanjatkan doa indah kepada Allah dalam derita:
اللَّهُمَّ إِلَيْكَ أَشْكُو ضَعْفَ قُوَّتِي، وَقِلَّةَ حِيلَتِي، وَهَوَانِي عَلَى النَّاسِ…
“Ya Allah, hanya kepada-Mu aku mengadu atas lemahnya kekuatanku, sedikitnya kemampuanku, dan kehinaanku di mata manusia…” (HR. Thabrani)
Lihatlah, Nabi pun tidak mencari balas dendam, tidak meratap, dan tidak menyalahkan diri. Beliau justru kembali pada Allah, menjadikan kepedihan sebagai jalan mendekat kepada-Nya. Maka jika hari ini engkau merasa tak berguna, tak dicintai, dan ditinggalkan, sesungguhnya itulah saat terbaik untuk pulang kepada Tuhanmu.
Sesakit apapun hidupmu hari ini, jangan kau sia-siakan dengan merusak diri. Jangan kau balas sakit hatimu dengan menenggelamkan diri dalam kemaksiatan. Sebab itulah jalan yang membuat penderitaanmu semakin dalam. Jangan jadikan luka sebagai alasan untuk mengingkari iman.
Allah ﷻ menegaskan:
إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًۭا • إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًۭا
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5-6)
Dua kali Allah mengulanginya. Dua kali Allah janjikan bahwa kemudahan itu ada, bukan setelah, tapi bersama kesulitan. Artinya, saat engkau merasa paling lemah dan rapuh, di saat itulah sesungguhnya Allah sedang menyiapkan jalan keluar yang penuh kejutan.
Ketika kau merasa diremehkan, janganlah fokus pada luka, tapi fokuslah pada perbaikan diri. Jika mereka membuangmu saat kau belum menjadi siapa-siapa, maka balaslah dengan menjadi pribadi yang pantas. Bukan karena kau ingin membuktikan pada mereka, tapi karena kau ingin naik kelas di hadapan Allah.
Ingatlah, dalam Islam, kita tidak diajarkan membalas dendam dengan kebencian, tapi dengan peningkatan kualitas diri. Bahkan Allah memberi garansi bahwa siapa pun yang bersabar dalam kepedihan, kelak akan diganjar kemuliaan. Nabi ﷺ bersabda:
وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ، وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Ketahuilah bahwa kemenangan itu bersama kesabaran, jalan keluar itu bersama kesempitan, dan kemudahan itu bersama kesulitan.” (HR. Tirmidzi)
Menanglah dalam penderitaanmu, bukan dengan menghancurkan dirimu, tapi dengan menjadikannya tangga menuju puncak. Jangan kecewakan dirimu sendiri, jangan sakiti jiwamu hanya karena manusia tidak mampu melihat nilaimu. Nilaimu tidak ditentukan oleh mereka yang meninggalkanmu, tapi oleh Allah yang selalu bersamamu.
Penderitaan yang panjang adalah medan latihan. Ia bukan hukuman, tapi pembentukan. Maka bersabarlah. Menanglah dalam diam. Tunduklah di atas sajadah, dan menangislah hanya kepada-Nya. Jangan menyerah hanya karena kau pernah dianggap tak layak.
Karena sesungguhnya, dalam penolakan manusia, ada kasih sayang Allah yang menyelamatkanmu dari sesuatu yang bukan untukmu. Dan dalam luka yang kau pikul, ada jalan untuk menuju kemuliaan yang belum kau lihat.
فَصَبْرٌۭ جَمِيلٌۭ ۖ وَٱللَّهُ ٱلْمُسْتَعَانُ
“Maka kesabaran yang baik itulah (sikapku), dan Allah sajalah tempat memohon pertolongan.” (QS. Yusuf: 18)
Maka hari ini, jika kau sedang merasa hancur karena ditinggalkan sebelum jadi siapa-siapa, bangkitlah. Kau tidak butuh pengakuan mereka, tapi ridha dari Tuhanmu. Perbaiki dirimu. Dekatkan dirimu pada Al-Qur’an. Sibukkan dirimu dengan ibadah. Jadilah kuat, bukan karena ingin membalas, tapi karena ingin menang secara bermartabat.
Dan saat engkau berhasil nanti, jangan ingat mereka yang membuangmu, tapi ingatlah Allah yang tak pernah meninggalkanmu sedetik pun. Dialah satu-satunya yang takkan pernah menolak siapa pun yang pulang dengan hati remuk. Jangan kalah oleh luka. Menanglah dalam penderitaan panjang ini. Menang sebagai hamba yang tetap taat dalam ujian paling kelam.
وَٱصْبِرْ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ ٱلْمُحْسِنِينَ
“Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Hud: 115)