FSPTSI-KSPSI.com. Indonesia akan menuai bonus demografi pada tahun 2030 hingga 2035. Kesempatan yang hanya datang satu kali dalam peradaban suatu negara ini harus dimanfaatkan dengan baik agar negara ini dapat bertransformasi menjadi negara maju, demikian disampaikan Presiden Joko “Jokowi” Widodo.
Presiden Jokowi juga menegaskan bahwa pengembangan kualitas sumber daya manusia merupakan kunci dari visi Indonesia Maju. Terkait hal ini, sejumlah lembaga internasional juga menyampaikan hal yang sama.

“Saya sudah bicara dengan lembaga internasional. Kuncinya ada pada pengembangan sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia adalah kuncinya,” kata Presiden Jokowi seraya menambahkan bahwa hal tersebut dapat dicapai dengan kontribusi guru-guru Indonesia yang unggul dan hebat, yang juga menjadi pembimbing, motivator, mentor, sahabat, sekaligus panutan.
“Sekolah harus menjadi tempat belajar untuk mengembangkan dan menumbuhkan bakat serta potensi anak agar menjadi kuat jasmani, rohani, cerdas, dan terampil,” kata Presiden.
Presiden juga menyampaikan bahwa Pemerintah juga berkomitmen untuk memberikan dukungan bagi guru, termasuk dengan meningkatkan kesejahteraannya.
Pemerintah Indonesia menargetkan sumber daya manusia yang unggul dan kompeten guna mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 yang ditempuh melalui tiga program prioritas, yakni penanggulangan stunting, penanggulangan kemiskinan ekstrem, serta revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi.
Indonesia merupakan negara pendapatan menengah perkapita antara 5.000 dollar AS berdasarkan catatan IMF. Berdasarkan Bank Dunia hanya ada 30 negara kelas menengah untuk pindah ke negara pendapatan tinggi.
Untuk bisa beralih ke negara penghasilan tinggi maka SDM nya harus mempunyai kemampuan untuk melakukan Investasi, Infusi dan Inovasi, Menurut PBB untuk menuju kesana maka seberapa besar kemampuan pemerintah menciptakan SDM yang baik agar berkualitas hingga menciptakan Inovasi, Infusi dan Inovasi.
Tantangan menciptakan SDM berkualitas adalah mulai dari pendidiknya yang belum tersertifikasi hingga siswa-siswi lulusan sekolah yang tidak kompeten.